Resist The Usual

REVIEW FILM Now You See Me 2

9:19:00 AM Posted by prasetcetera ,
REVIEW FILM Now You See Me 2 - Angka ‘2’ di belakang judulnya tentu saja seakan mengabsahkan bahwa pendahulunya mencapai sebuah kesuksesan memuaskan. Memang jika mau dibandingkan dengan sesama subgenre sulap lainnya, film garapan Louis Leterrier itu memang kalah kualitas timbang The Illusionist dan The Prestige, khususnya pada bagian penceritaan yang lemah. Tetapi mengingat sedikitnya film di subgenre ini yang bagus, kamu bisa memasukkan Now You See Me sebagai salah satunya.

Butuh 3 tahun buat Lionsgate untuk mewujudkan sekuelnya, waktu yang sebenarnya lebih dari cukup untuk menggodok segalanya menjadi lebih baik ketimbang pendahulunya, tetapi seperti penyakit kebanyakan seri ke dua, Now You See Me 2 juga tidak lepas dari sebuah kemunduran. Mengganti Louis Leterrier dengan Jon M. Chu ( G.I. Joe: Retaliation) mungkin bukan pilihan yang terlalu pintar. Kita tahu track record Chu dengan film-filmnya yang hingar bingar namun kosong, Now You See Me 2 pun juga tidak berbeda jauh dengan kebanyakan garapan Chu, cantik tapi bodoh. Naskah film pertamanya memang tidak terlalu kuat, tetapi bagaimanpun itu adalah pondasi cukup bagus yang sudah dibuat Leterrier dengan segala pengenalan segalanya. Menjadi sulit buat Ed Salomon yang kini bekerja seorang diri di departemen naskah untuk membuatnya bisa melebihi seri pertamanya pasca ditinggal Boaz Yakin dan Edward Ricourt sang pemilik cerita. Pertanyaannya, apa yang ingin ditonjolkan di sini?
Chu dan Salomon mencoba memberi penontonnya segelintir masa lalu melalui adegan pembukaannya, kembali ke tahun 1984 ketika Dylan Rhodes menyaksikan kematian ayahnya sendiri sekaligus menjadi awal perseteruan antara Rohdes dan Thaddeus Bradley (Morga Freeman). Kembali ke masa kini, The Four Horsemen kini ditinggal pergi oleh salah satu anggotanya, Henley Reeves yang tidak pernah dijelaskan mengapa sampai pergi. Perannya kini digantikan Lula (Lizzy Caplan) sebagai anggota baru para ‘penunggang kuda’. Misi mereka setelah vakum pasca pertunjukan besar tiga tahun lalu adalah membongkar  kebusukan CEO sebuah perusahaan teknologi ternama yang akan meluncurkan produk terbarunya. Namun sebelum bisa benar-benar menyelesaikan tugasnya, Daniel Atlas (Jesse Eisenberg), Merritt McKinney (Woody Harrelson), Jake Wilder (Dave Franco) dan Lula diganggu oleh Walter Mabry (Daniel Radcliffe) yang menculik keempatnya ke Makau dan menugaskan mereka untuk melakukan pencurian tersulit yang pernah mereka lakukan.

Tentu saja seperti formula sebuah sekuel, Now You See Me 2 harus terlihat lebih besar dan lebih meriah. Ya, memang dengan set yang lebih banyak dan lebih besar, petualangan ajaib para horseman dari New York sampai Makau yang merupakan Las Vegas-nya Tiongkok dan berakhir di London melibatkan banyak tempat menarik. Meski harus kehilangan dua cast utamanya, Mélanie Laurent dan Isla Fisher yang tengah hamil, Now You See Me 2 masih terlihat meriah dengan kehadiran wajah-wajah baru seperti Lizzy Caplan, Jay Chou dan Harry Pot..eh, maksud saya Daniel Radcliffe, sementara wajah-wajah lama seperti Michael Caine dan Morgan Freeman juga turut kembali memerankan karakter lama mereka.
Ya, sebagai sebuah sekuel, Now You See Me 2 memang boleh lebih besar dan lebih meriah, tetapi apalah arti itu semua jika kamu terus menguap di satu jam pertamanya dengan segala pengulangan plot yang harus diakui, kualitasnya jauh lebih buruk dari seri pertamanya. Entah apa yang ingin ditonjolkan di sini. Sebagai sebuah film tentang sulap, Chu masih membawa banyak trik-trik sulap yang menakjubkan meski tidak lagi bisa memberi efek wow! seperti pendahulunya. Keseluruhan filmnya itu sendiri adalah sebuah rencana sulap besar yang lagi-lagi sama seperti yang dulu, akan diungkap semua oleh ending yang nge-twist. Sementara sebagai sebuah heist, ia juga terasa naggung. Beberapa adegan ala Ocean Eleven-nya memang terlihat memukau dengan ilusi-ilusi, trik lempar kartu dan tensi yang cukup tinggi seperti misalnya dalam sebuah adegan pencurian chip di Makau itu, tetapi setelah itu kesenangannya perlahan mulai berkurang. Plotnya menjadi semakin mudah diprediksi ke mana perginya, sulap-sulapnya tidak lagi menarik termasuk pertunjukan utamanya yang melibatkan pesawat jet. Dan ancaman yang dihadirkan oleh antagonis kita, Walter Mabry jauh dari kesan angker. Mungkin bukan salah karakternya, mungkin ini salah departemen casting yang entah apa yang ada di pikiran mereka sampai nekat menunjuk Daniel Radcliffe untuk mengisi posisi villain. alih-alih mengacam, untuk ukuran miliyuner geek nan kejam, Walter Mabry-nya Radcliffe malah terlihat konyol dan bodoh, bahkan wajah Jay Chou saja masih terlihat lebih garang.
RATING 6/10

Movienthusiast