Ip Man 3 berpusat pada kehidupan Sang Master Wing CHun di masa tenangnya yang kemudian terusik oleh pengusaha asing, Frank (Mike Tyson) yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan bangunan yang kebetulan tempat anak Ip Man bersekolah. Tetapi Frank bukan masalah satu-satunya masalah, ada penarik becak (mmm iya becak), Cheung Tin-chi (Zhang Jin) yang terobsesi untuk mengalahkan Ip Man guna menyandang titel Grandmaster Wing Chun.
Jika dua film pertamanya punya tema nasionalisme yang sedikit lebih berat, instalemen pemungkasnya mencoba tampil lebih low profile. Tidak ada lagi penjajahan jepang atau sentimen anti barat, gantinya Ip Man yang menjalani hari-hari tua tenangnya, hanya dipaksa berkonfrontasi dengan Frank dan anak buahnya. Ya, mengganti ide tentang relasi guru dan murid yang semestinya bisa jauh lebih menarik dengan usaha kepahlawanan menjaga sekolah dari rebutan pengusaha rakus jelas adalah sebuah downgrade besar-besaran.
Paruh pertama Ip Man 3 adalah kekacauan luar biasa. Narasinya buruk dan tidak konsisten yang kemudian diperparah dengan banyak adegan pertarungan keroyokan yang tidak berkesan dan membosankan. Memang Ip Man 3 punya sosok menjual seperti Mike Tyson yang sanggup mencuri perhatian sejak trailernya dirilis, tetapi sang ‘leher beton’ mengecewakan sesuai perkiraan. Tyson nyaris tidak bisa berakting, dialog-dialognya konyol, gerak-geriknya canggung, ini diperburuk dengan naskah yang tidak memberinya latar belakang cukup, motif rakusnya begitu klise. Beruntung momen satu lawan satunya di akhir paruh pertama tidak buruk, setidaknya Tyson mampu memberi hiburan dengan perlawanan sengit tinju-tinju cepat dan kuatnya yang membuat sang master wing chun kewalahan.
Setelah paruh pertama yang garing, narasinya perlahan kemudian mulai membaik. Kisahnya kembali menarik ketika plot Frank yang tidak penting itu dan memfokuskan semuanya kembali kepada sisi personal sang legenda yang harus menghadapi dilema besar dalam hidupnya. Ada Wing Sing (Lynn Xiong), istri setianya yang didiagnosa kanker stadium akhir yang memaksa Ip Man tidak hanya dihadapkan sebuah pilihan besar antara keluarga dan nama besar sebagai seorang grandmaster, namun juga refleksi diri akan hidupnya selama ini. Sementara di tempat lain ada Cheung Tin-chi yang ambisius dengan cepat membangun popularitasnya sebagai seorang petarung beladiri tangguh dengan satu tujuan, menantang Ip Man untuk menyandang gelar terbaik.
Ya, paruh keduanya memang lebih baik. Plotnya menjadi lebih berisi dan emosional ketika melibatkan tema disease porn yang setimentil. Donnie Yen masih menjadi daya pikat utama franchise ini. Ip Man adalah Donnie Yen sama ikonik nya ketika Jet Lee yang tidak bisa dipisahkan dari karakter Wong Fei-Hung di seri Kung-Fu Master a.k.a Once Upon a Time in China. Dengan usia menginjak 51 tahun jelas menjadi tantangan tersendiri buat Yen untuk melakukan adegan aksi meski kita masih melihat segala kharisma, kecepatan dan ketangguhannya meski dengan tubuh yang lebih kurus guna menghadirkan karakter Ip Man berusia 60 tahunan yang lebih meyakinkan. Konon Ip Man 3 juga merupakan peran terakhir Donnie Yen dalam film bela diri.
Ghan kunjungi blog ku yo,, Kumpulan RPP SMP Dan SMA
ReplyDelete