REVIEW FILM : Rudy Habibie - Setelah kesuksesan besar film Habibie Ainun pada tahun 2012, MD berambisi untuk menarik mundur kisahnya ke belakang di masa ketika Pak Habibie tinggal di Jerman. Pesona Reza Rahadian yang impresif pada film Habibie Ainun yang bahkan mampu membuat Pak Habibie sendiri kagum kembali menjadi daya tarik utama film ini.
Jika Habibie Ainun lebih banyak berfokus pada kisah cinta antara Habibie dan Ainun, maka Rudi Habibie lebih bersifat universal yaitu apabila kita punya tekad kuat maka cita-citamu akan terwujud. Film ini diawali dari penggambaran kehidupan Rudy kecil dan berkat ajaran dan pengaruh sang ayah, Rudy kemudian bercita-cita membuat pesawat terbang untuk Indonesia. Dengan biaya sendiri, Rudy berangkat menimba ilmu sampai RWTH Aachen, Jerman Barat. Tak hanya menjalin persahabatan dengan sesama mahasiswa asal Indonesia seperti Liem Keng Kie, Ayu, Peter Manumasa, dan Poltak Hasibuan, ada pula kelompok mahasiswa dengan beasiswa pejuang dari pemerintah, terutama Panca, yang memusuhi sosok Rudy karena dianggap sok pintar. Kehadiran gadis Jerman keturunan Polandia, Illona Ianovska, tak hanya membuat Rudy jatuh cinta, tapi juga memotivasinya lebih lagi untuk meraih cita-cita besarnya. Sayang hubungan itu harus kandas ketika Rudy harus memilih untuk menyelesaikan studinya dan berkarya dari Jerman atau pulang ke Indonesia untuk membantu membangun negeri.
Satu yang tidak lepas dari kebanyakan film Indonesia sekarang yaitu selipan tema nasionalisme. Di satu momen terpentingnya, Rudy diceritakan harus memilih untuk tetap tinggal di Jerman dan berkarya dari kejauhan atau pulang untuk membangun negara atas dasar sekedar cinta tanah air dan nasionalisme. Padahal sebelumnya Rudy sadar bahwa pemerintah Indonesia tidak mendukung proposal pembangunan yang ia susun bersama teman-temannya. Bahkan paspor biru teman2nya terancam dicabut jika menuruti rencana Rudy. Tekad besar Rudy Habibie akhirnya harus luluh oleh daya magis Ibu Pertiwi yang selalu menarik putra-putri terbaiknya pulang ke tanah air.
Reza Rahadian yang kembali dipercaya memerankan sosok Rudy Habibie, sekali lagi mendapat sorotan terbesar sepanjang film. Dengan porsi keseriusan materi cerita yang jauh lebih besar ketimbang di Habibie Ainun, bakat luar biasa Reza semakin terlihat menonjol. Chelsea Islan yang memerankan sosok Ilona pun sebenarnya lumayan meyakinkan, meski aksen dan konsistensi penggunaan bahasa masih terasa agak aneh di telinga. Tapi chemistry yang dibangun bersama Reza tergolong baik. Dan yang membuat film ini semakin solid adalah jajaran castnya yang mampu membawa perannya masing2 dengan baik. Bahkan Ernest, Pandji dan Boris Bokir yang notabene adalah komika ternyata mampu bermain baik untuk peran serius di film ini.
Secara keseluruhan Rudy Habibie telah mampu menjadi film yang "baik". Bagi sebagian penonton mungkin Rudy Habibie berhasil menginspirasi dan meningkatkan rasa nasionalisme, tapi untuk saya pribadi kurang begitu suka dengan film yang terlalu memaksakan untuk menyelipkan pesan2 tertentu di dalamnya, seperti isu nasionalisme misalnya.
RATING
7/10